Saat aku terpikirkan untuk pergi dari rumah, aku
terus bertanya pada diriku “apakah aku harus tega meninggalkan mama dalam
keadaan seperti ini? apa aku harus meninggalkan sekolahku? apa aku akan
berakhir seperti keluargaku saat ini jika aku pergi dari rumah?” kata-kata itu terus
menghantui dalam pikiranku.
“Jika aku tidak lahir kedunia ini, aku tidak akan
seperti ini” kataku teriak sambil menangis. Mama terus bertengkar dengan papa,
terkadang mereka memandangku, melihatku yang sedang terpuruk. Dua hari
kemudian, keluargaku mulai membaik, papa sudah pergi dari kehidupanku, sekarang
hanya ada aku da mama saja.
Saat itu pun
penyakit kangkerku mulai ku rasakan lagi, aku sudah tidak dapat memegang benda
dengan tangan kiriku, kangker itu perlahan membunuhku. Mama terus memaksaku
untuk menjalani kemotraphy, tetapi aku tidak mau. Rambut hitam lebat yang lurus
dan panjang milikku akan hilang jika aku menjalani kemotraphy.
Sekarang kangkerku sudah stadium akhir, aku masih
belum bisa meninggalkan dunia ini jika orang tuaku belum menyatu. “siapa yang
menemani mama tiap hari jika aku pergi? Sipa yang membuat mama tersenyum saat
ia sedang terpuruk?” aku bertanya dalam hati. Saat ini aku berada di dalam
ruangan yang sempit dan banyak sekali tabung oksigen, aku masuk ruang UGD.
Jika mama telat membawaku, mungkin nyawaku sudah
tidak ada. Aku dapat merasakan, disamping kananku mama dan papa sedang
berpelukan, seperti yang aku inginkan saat ini, mereka menangis dan di samping
kiriku, teman-temanku mereka pun menangis.
Aku aku akan
pergi dan saat aku terbaring lemah, taksadarkan diri, tetapi aku dapat melihat
dan mendengar kalian. Aku akan pergi, jauuuh sekali, kalian tidak dapat
mengejarku. Kalian menangis, kalian menyesal, tapi kalian menyia-nyiakan aku
saat aku hidup. Canda tawa dariku itu hanyalah tinggal sebuah kisah. Aku akan
pergi untuk selama-lamanya.
Malaikan Izrail
datang. Untuk mencabut nyawaku. Aku pergi, maah, paah, tolong jaga orang-orang
yang aku sayang. Tamat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar